Pokok-pokok pandangan tentang akhlak menurut
islam
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: AKHLAK TASAWUF
Dosen
Pengampu: Bpk. Komaruddin, M. Ag
Disusun Oleh:
Siti Khoirul Amri Ani {101111040}
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Islam
didefinisikan sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT, kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Khaliq-nya, dirinya,
dan dengan sesamanya. Hubungan dengan Khaliq-nya mencakup urusan aqidah dan
ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya mencakup akhlak, makanan atau minuman
dan pakaian. Sedangkan hubungan manusia dengan sesamanya mencakup mu’amalat dan
aqubat atau sanksi.
Akhlak
Islam adalah sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertitik
tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah kepada nabi atau rosul-Nya yang
kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Karena merupakan sistem akhlak yang
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar
dari pada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau pokok akhlak adalah
Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.[1]
II.
RUMUSAN MASALAH
Apa
Saja Pandangan Akhlak Menurut Islam
III.
PEMBAHASAN
Ilmu
akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, terpuji dan tercela,
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Dengan kata lain ilmu
akhlak adalah :
·
Menjelaskan baik dan
buruk
·
Menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan
·
Menunjukkan jalan untuk
melakukan perbuatan
·
Menyatakan tujuan di
dalam perbuatan
Jadi
ilmu akhlak adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal. Amal terdiri
dari perkataan, perbuatan atau kombinasi keduanya dari segi lahir dan batin.[2]
Akhlak
sendiri adalah produk dari berbagai pemikiran, perasaan, dan hasil penerapan
peraturan. Atas dasar inilah maka dalam mengemban dakwah tidak boleh hanya
mengarahkan pada pembentukan akhlak dalam masyarakat. Karena akhlak merupakan
hasil dari pelaksanaan perintah-perintah Allah SWT, yang dapat dibentuk dengan
cara mengajak masyarakat kepada aqidah dan melaksanakan Islam secara sempurna.[3]
Di
dalam syari’at Islam terdapat sejumlah fardhu, kewajiban sunnah dan tatakerama,
sekaligus haram dan ada yang disebut makruh. Bersamaan dengan batasan tentang
masalah tersebut secara implisit sejauh yang dapat diketahui dari nash-nash
Al-Qur’an, syari’at Islam juga meletakkan prinsip-prinsip dalam mengatur
interaksi antara opini umum yang oleh masyarakat masuk dalam klasifikasi dzauq
(rasa) dan ra’yul ‘am (pandangan umum).[4]
Nabi
Muhammad saw diutus menjadi Rosul dengan maksud utuam untuk membina dan
menyempurnakan akhlak, sebagaimana dinyatakan dalam hadist :
إنَّماَ بُعِثْتُ لأِ تَمِّمَ مَكاَ رِ
مَ اْلأَخْلاَ قِ. (رواه أحمد)
Artinya
: “Bahwasannya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (budi
pekerti)”. (H. R. Ahmad).
Tugas
nabi yang digariskan dalam sejarah hidupnya cukup menarik simpati manusia untuk
mengikuti dan melaksanakan ajaran Risalahnya. Karena Risalah yang diajarkan
nabi memberikan informasi tentang faktor-faktor keutamaan akhlak, lengkap
dengan menjelaskan aspek-aspeknya.
Islam
telah menggariskan tentang ibadah dan menetapkan atau beranggapan bahwa ibadah
itu, merupakan pokok-pokok imam, bukan merupakan upacara agama yang bersifat
abstrak. Islam tidak mengajarkan manusia melakukan perbuatan mungkar yang tidak
mempunyai nilai akhlak yang luhur, tapi sebaliknya Islam mengajar manusia hidup
bersahaja dengan akhlak yang mulia dalam keadaan yang bagaimanapun.[5]
Pada realitas bahwa Syariat Islam pada saat mengatur
hubungan manusia dengan dirinya melalui hukum syara’ yang berkaitan dengan
sifat akhlak, tidak menjadikannya sebagai aturan tersendiri seperti halnya
aturan ibadah dan muamalah. Akan tetapi, akhlak dijadikan bagian dari perintah
dan larangan Allah, untuk merealisasikan nilai khuluqiyah (nilai-nilai akhlak).
Seorang Muslim ketika menyambut seruan Allah untuk berlaku
jujur, maka dia akan jujur. Apabila Allah memerintahkannya untuk amanah, dia
akan amanah. Begitu pula apabila Allah melarang curang dan berbuat dengki, dia
akan menjauhinya. Dengan demikian, akhlak dapat dibentuk hanya dengan satu
cara, yaitu memenuhi perintah Allah Swt. untuk merealisasikan akhlak, yaitu
budi pekerti luhur dan amal kebajikan. Sifat-sifat ini muncul karena hasil
perbuatan, seperti sifat ‘iffah (menjaga kesucian diri) muncul dari pelaksanaan
shalat.
Sifat-sifat tersebut juga muncul karena memang wajib
diperhatikan saat melakukan berbagai kegiatan interaksi, seperti jujur yang
harus ada saat melakukan jual beli. Meski aktivitas jual beli tidak otomatis
menghasilkan nilai akhlak karena nilai tersebut bukan tujuan dari transaksi
jual beli.
Jadi, sifat ini muncul sebagai hasil dari pelaksanaan amal
perbuatan atau sebagai perkara yang mesti diperhatikan saat melakukan satu
perbuatan. Karena itu, seorang Mukmin dapat memperoleh nilai rohani dari
pelaksanaan shalatnya, dalam contoh lain, dia memperoleh nilai materi dalam
transaksi perdagangannya, serta pada saat yang sama telah memiliki sifat-sifat
akhlak yang terpuji.
Allah Swt telah memerintahkan jujur, amanah, punya rasa
malu, berbuat baik pada kedua orang tua, silaturahmi, menolong orang dalam
kesulitan, dan sebagainya. Semuanya merupakan sifat akhlak yang baik dan Allah
Swt. menganjurkan kita terikat dengan sifat-sifat ini. Sebaliknya, Allah Swt
melarang sifat-sifat yang buruk, seperti berdusta, khianat, dengki, durhaka,
melakukan maksiat, dan sebagainya.[6]
Konsep Akhlak Dalam Islam
Ø Akhlak
merupakan satu sistem yang menilai tindakan zahir dan batin manusia manakala
moral ialah satu sistem yang menilai tindakan zahir manusia sahaja.
Ø Akhlak
mencakup pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk lain manakala
moral mencakupi pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan
manusia dengan manusia sahaja.
Ø Nilai-nilai
akhlak ditentukan oleh Allah swt melalui al-Quran dan tunjuk ajar oleh
Rasulullah saw manakala moral ditentukan oleh manusia.
Ø Nilai-nilai
akhlak bersifat mutlak, sempurna dan tetap manakala nilai-nilai moral bersifat
relatif, subjektif dan sementara.
Islam merangkumi
aqidah, dan syariat itu mengandungi roh akhlak. Akhlak adalah roh kepada
risalah Islam sementara syariat adalah lembaga jelmaan daripada roh tersebut.
Ini berarti Islam tanpa akhlak seperti rangka yang tidak mempunyai isi, atau
jasad yang tidak bernyawa. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Islam
itu akhlak yang baik". Begitu juga sabda Baginda yang bermaksud : "Tidak
ada sesuatu yang lebih berat timbangannya selain daripada akhlak yang
mulia."[7]
Akhlak Islam
sangat luas merangkumi segenap perkara yang berkaitan dengan kehidupan manusia
sama ada hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan
hubungan manusia dengan makhluk lain, antara lain :
a) Akhlak dengan Allah
: Antara ciri-ciri penting akhlak manusia dengan Allah swt ialah :
- Beriman kepada Allah
- Beribadah atau mengabdikan diri, tunduk, taat dan patuh kepada Allah
- Sentiasa bertaubat dengan Tuhannya
- Mencari keridhaan Tuhannya
- Melaksanakan perkara-perkara yang wajib, fardhu dan nawafil
- Ridha menerima Qadha' dan Qadar Allah
b) Akhlak dengan manusia :
- Akhlak dengan Rasulullah
- Akhlak dengan kedua orang tua
- Akhlak dengan guru
- Akhlak kepada jiran tetangga
- Akhlak suami isteri
- Akhlak dengan anak-anak
- Akhlak dengan kaum kerabat
c) Akhlak terhadap makhluk
selain manusia :
- Malaikat
- Jin
- Hewan ternakan
- Hewan bukan ternakan
- Alam
Kedudukan Akhlak dalam
Islam
Akhlak mempunyai kedudukan yang
paling penting dalam agama Islam. Antaranya :
- Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama Rasulullah saw.
- Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak yang baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik.
- Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin
- Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh merusakkan pahala.
- Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt yang bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi yang agung )mulia)."
- Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam
- Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu dari pada neraka sebaliknya akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari surga
- Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, yaitu merupakan asas akhlak seseorang muslim.
Ciri-ciri Akhlak Islam :
v Islam
menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan menjauhkan diri
dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya adalah syara’, yaitu apa yang diperintahkan oleh syara’, itulah yang baik dan apa yang dilarang
oleh syara’ itulah yang
buruk.
v Lingkungan
skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia.
v Islam
menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna keimanannya
ialah orang yang paling baik akhlaknya.
v Adanya
konsep balasan dan ganjaran pahala atau surga oleh Allah dan sebaliknya orang
yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.[8]
IV.
KESIMPULAN
Akhlak merupakan suatu perlakuan yang
tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya pemikiran di
dalam melakukan sesuatu tindakan. Karena akhlak merupakan hasil dari
pelaksanaan perintah-perintah Allah SWT, yang dapat dibentuk dengan cara
mengajak masyarakat kepada aqidah dan melaksanakan Islam secara sempurna.
Islam telah
menggariskan tentang ibadah dan menetapkan atau beranggapan bahwa ibadah itu,
merupakan pokok-pokok imam, bukan merupakan upacara agama yang bersifat
abstrak. Islam tidak mengajarkan manusia melakukan perbuatan mungkar yang tidak
mempunyai nilai akhlak yang luhur, tapi sebaliknya Islam mengajar manusia hidup
bersahaja dengan akhlak yang mulia dalam keadaan yang bagaimanapun.
Akhlak Islam
sangat luas merangkumi segenap perkara yang berkaitan dengan kehidupan manusia
sama ada hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan
hubungan manusia dengan makhluk lain, antara lain : akhlak dengan Allah, akhlak
dengan manusia, akhlak terhadap makhluk selain manusia.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah yang dapat kami sajikan, semoga dapat menambah ilmu serta bermanfaat
bagi kita semua. Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, kami hanyalah
manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan
makalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Al
Ghazali, Muhammad. Akhlak Seorang Muslim. Semarang : CV. Wicaksana. 1986
Hawwa,
Sa’id. Perilaku Islami. Solo : Studi Press. 1994
Mustofa,
Ahmad. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV. Pustaka Setia. 1997
Umary,
Barmawie. Materia Akhlak. Solo : Ramadhani. 1995
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/akhlak-menurut-pandangan-islam.html
http://sites.google.com/site/khazalii/4udi2052akhlakdalamislam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar