KLASIFIKASI DALAM ILMU LOGIKA
I. PENDAHULUAN
Klasifikasi
adalah pengelompokan barang yang sama
dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesiasnya. Dalam kehidupan
sehari-hari pekerjaan pengelompokan semacam itu sangat sering kita lakukan.
Misalnya para penjual buah-buahan menyusun dagangannya dengan beberapa cara,
berdasarkan macam buah yang dijual, berdasarkan harganya, dan mungkin pula
berdasarkan besar kecilnya buah-buhan itu. Pemilik toko menyusun barang-barang
yang dijajakan berdasarkan barang sejenis. Para ilmuwan membuat klasifikasi
ilmu menjadi tiga golongan besar, ilmu-ilmu social, ilmu-ilmu kealaman dan
ilmu-ilmu humaniora. Dalam makalah ini akan kita bahas lebih lanjut mengenai
klasifikasi.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian
Klasifikasi
B. Pembagian
klasifikasi
C. Penggolongan
klasifikasi
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Klasifikasi
Yang
diartikan klasifikasi (penggolongan) pengertiannya ialah karya budi
manusia,untuk menganalisis, membagi-bagi menggolong-golongkan dan menyusun
pengertian-pengrtian dan barang-barang menurut persamaan dan perbedaannya.[1]
Sebagai contoh: terdapatsejumlah kelereng yang
berwarna merah, putih dan biru. Disampingnya terdapat 3 buah kotak yang juga
berwarna merah, putih dan biru. Apabila seorang anak kecil yang berusia Taman
Kanak-kanak (3 -5 tahun) disuruh mengisi masing-masing kotak itu sesuai
dengan warna kelereng dan kotak, maka
dengan mudah dan gembira-ria menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tugas mengisi
kotak itu dapat bervariasi kesulitannya sesuai dengan variasi penugasannya.
Walaupun terdapat banyak variasi atau kebanyakragaman/tugasan dalam hal
tersebut, tetapi budi (ratio) manusia selalu melihat adanya suatu aturan atau
cara yang tertentu.[2]
Manusia primitif mengelompokkan binatang
menjadi binatang berbisa dan tidak berbisa, membedakan antara tumbuh-tumbuhan
menjadi tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan. Pengelompokan barang-barang ini tidak lain agar kita mudah
dalam berhubungan dengan benda-benda itu. Bisa dibayangkan sulitnya mencari
judul buku bila buku-buku dalam perpustakaan ditumpuk begitu saja tnapa dibuat
klasifikasinya.
Ada
dua macam cara membuat klasifikasi, pertama dengan pembagian dan kedua dendan
prnggolongan.[3]
B. Pembagian Klasifikasi
Pembagian
(Logical Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang
dicakupinya. Definisi yang telah kita pelajari membahas pengertian kata
sedangkan pembagian membicarakan denotasinya. Jika definisi merupakan analisis
konotasi, maka pembagian merupakan analisis denotasi. Jadi pembagian merupakan
penjelasan yang lebih lengkap mengenai suatu genera kepada spesianya.[4]
Analisis
sebagai bagian dari berpikir dan menalar merupakan proses mengurai sesuatu
menjadi berbagai unsure yang terpisah untuk mengetahui sifat, bentuk, isi,
hubungan dan peran masing-masing. Proses mengurai yang demikian disebut
pembagian. Jelasnya pembagian adalah memecah-mecah atau menceraikan keseluruhan
secara berbeda ke dalam bagian-bagian.[5]
Kita telah mengetahui tentang jenis (genera)
dan spesia (kelas, nau’) sekadarnya. Telah disebut bahwa manusia adalah
spesia, jenisnya adalah binatang. Perlu kita pahami bahwa pembagian logika atas
jenis dan spesia suatu benda adalah tidak mutlak. Manusia adalah spesia bila
dilihat dari jurusan binatang; tetapi bila dilihat dari ras bangsa-bangsa, maka
ia menjadi jenis. Ras adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa
yang tercakup di dalamnya, maka ia menjadi jenis. Demikian juga bangsa, ia
adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang dicakupnya maka
ia menjadi jenis. Jadi spesia yang kita kehendaki tergantung daripada keluasan
klasifikasi yang hendak kita buat. Bila kita datang di perpustakaan akan
terlihat di sana klasifikasi buku-buku menjadi: karya umum, filsafat, agama,
ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, teknologi, seni, sastra dan sejarah. Di sini
subyek-subyek tersebut diperlakukan sebagai jenis. Tetapi apabila kita
menanyakan kepada seorang pustakawan apa saja jenis koleksinya, ia akan
menjawab, buku, surat kabar,, selebaran, jurnal, peta, film, microfilm, maka
buku di sini diperlakukan sebagai spesia.[6]
Pembagian logis dapat dibedakan atas dua
jenis pembagian:
1. Pembagian universal, yaitu pembagian genus ke
dalam semua species. Atau term umum ke daslam term-term khusus yang
menyusunnya. Misalnya: Manusia purba (term umum) dibagi menjadi homo
pithecanthropus, homo neandertal dan homo sapien. Atau manusia dibagi menjadi
ras mongoloid, kaukasoid, melanesoid dan negroid.
2. Pembagian dikotomi, yaitu pemecahan sesuatu
menjadi dua bagian yang saling terpisah. Misalnya Hewan dibagi hewan berakal
dan hewan tak berakal. Sifat pemurah dibagi menjadi bakhil dan dermawan. Materi
dibagi menjadi materi konkrit dan materi abstrak.[7]
Suatu ketika, kita tidak bisa membagi dengan
model di atas, karena terbatasnya pengetahuan kita akan kelompok barang-barang
dan juga sering kita dapati pembagian tersebut tidak bisa kita laksanakan, maka
kita menggunakan model pembagian logika jenis lain, yaitu Pembagian Dikotomi. Pembagian dikotomi
adalah pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupnya
dengan cara mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas ‘ada’ dan
‘tidak adanya’ kualitas tertentu, seperti:[8]
Dikotomi
diambil dari bahasa Latin dichotomia, artinya, pembagian secara
dua-dua, berpasangan, dalam bahasa Arab disebut Sunaiyyah. Metode ini masih
dianggp berguna sebagai suatu cara membuat klasifikasi. Suatu ketika kita
membuat kelompok buku atas ubyek pembahasannya; manakala pembagian lebih lanjut
tidak mungkin lagi maka kita kelompokkan dalam ‘kelompok aneka ragam’ sebagai
kelompok yang tidak diketahui. Jadi dalam hal ini sadar atau tidak kita telah
membuat pembagian secara dikotomik.[9]
Seperti
diketahui di atas bahwa pembagian logis didasarkan atas prinsip-prinsip
tertentu. Prinsip-prinsip tertentu itu disebut hukum-hukum pembagian, yaitu aturan-aturan
yang menjadi petunjuk dalam mengadakan pembagian, agar tidak terjadi kesalahan.
Agar didapat spesia yang benar, maka dalam pembagian perlu diperhatikan patokan
berikut:
a. Pembagian harus didasarkan atas sifat persamaan
yang ada pada genera secara menyeluruh. Spesianya membuka perubahan tertentu
dari sifat persamaan itu. Misalnya kita hendak membagi bidang datar, maka kita
harus membagi berdasarkan perubahan tertentu dari sifat generanya, yakni jumlah
sisi yang membentuknya. Kita akan mendapatkan pembagian berikut:
Segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam,
segi lebih dari enam, (tiga sisi), (empat sisi), (lima sisi), (enam sisi).Jika
kita membagi ‘bidang datar’ misalnya dengan: belah ketupat, bujur sangkar,
jajaran genjang, maka kita tidak membagi berdasarkan sifat yang ada pada genera
secara menyeluruh dari bidang datar, melainkan perubahan tertentu dari segi
empat.
Pembagian yang berdasarkan sifat yang ada
pada genera secara menyeluruh adalah pembagian yang dalam bahasa latin disebut fundamentum
divisionis. Syarat ini menjamin agar pembagian itu dapat menghasilkan
spesia yang langsung di bawah generanya. Jika tidak demikian kita akan
mendapatkan spesia yang tidak langsung, jadi ada spesia di atasnya yang
diloncati.
b. Setiap pembagian
harus berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang berlandaskan lebih dari satu
dasar akan menghasilkan spesia yang simpang siur (overlap, cross division,
terselip tidak karuan). Contoh dari pemabagian yang overlap adalah membagi manusia
menjadi: manusia berkulit putih, manusia Aria, manusia Asia, manusia penyabar.
Di sini terdapat empat macam dasar pembagian yaitu: warna kulit, ras, regional,
dan sifat dari manusia.
Pembagian yang benar atas manusia, misalnya
dengan dasar warna kulit, akan menghasilkan spesia-spesia: manusia berkulit
putih, manusia berkulit hitam, manusia berkulit kuning, manusia berkulit merah.
c. Pembagian harus
lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu
genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia
suatu genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan pengetahuan kita atas
kelompok barang-barang
d. Pembagian harus dilakukan
dengan cara teratur dan tidak meloncat-loncat. Pembagian wilayah waktu
Indonesia: Waktu Indonesia bagian Barat, Indonesia Bagian Tengah dan Waktu
Indonesia bagian Timur, bukan bagian timur, lalu barat kemudiang tengah.[10]
Membagi manusia atas dasar warna kulit
menjadi manusia berkulit putih dan manusia berkulit hitam saja tidak benar
karena ada spesia yang masih tertinggal, demikian pada membagi agama wahyu
menjadi Islam dan Yahudi saja.
Kita lihat bahwa pembagian dalam kehidupan
sehari-hari berbeda dengan pembagian menurut logika. Pembagian daging menjadi
iris-irisan, pembagian roti menjadi potongan-potongan, pembagian upah kerja
kepada anggota kelompok bukanlah pembagian logika, karena bukan pembagian dari
genera kepada spesia.[11]
Cara Melakukan Pembagian
Dari pengertian
pembagian dan hukum-hukum pembagian di atas maka dapalah diambil
langkah-langkah dan cara-cara praktis pembagian sebagai berikut:
1.
Memikirkan
pola pendekatan atau sudut pandang atau system pembagian yang diinginkan.
2.
Mencari
dan menemukan pola pembagian. Bila ternyata menemukan pola pembagian yang
banyak yang dirasakan semuanya penting, pilihlah satu dahulu, lalu bagilah.
Setelah itu barulah beralih ke pola yang kedua dan demikian seterusnya.
3.
Memikirkan
luas pengertian dan seluruh anggota yang msuk dalam himpunan yang akan dibagi.
Dan pastikan baha kita telah menjangkau luas pengertian maupun anggotanya.
4.
Menetapkan
sub-sub kelompok yang masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda antara satu
sub dengan sub-sub lainnya.
5.
Memasukkan
setiap anggota ke dalam sub kelompok sesuai ciri-ciri khas yang dimiliki. Dan
pastikan baha tidak ada satu anggotapun yang belum masuk, dan tidak ada satu
anggotapun yang merangkap menjadi anggota dan dua sub kelompok atau lebih.[12]
C. Penggolongan klasifikasi
Jika dalam pembagian kita menguraikan
denotasi suatu genera maka dalam penggolongan kita mencoba mengatur barang-barang
dalam kelompok spesia. Jadi antara pembagian dan penggolongan mempunyai arah
bertentangan. Pembagian bergerak dari atas ke bawah, yakni dari genera kepada
spesia, sedangkan penggolongan bergerak dari bawah ke atas, dari
individu-individu menuju spesianya. Pengelompokan barang-barang atas golongan
tertentu, didasarkan atas persamaan atribut dan perbedaannya. Barang-barang
yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan ke dalam golongan yang sama dan
barang-barang yang mempunyai ciri-ciri berbeda dengan kelompok pertama
digolongkan ke dalam golongan yang lain pula.[13]
Penggolongan kebalikan dari pembagian.
Pembagian bergerak menurun ke dalam bagian-bagian yang semakin kecil dan sempit
sampai tercapai bagian yang paling kecil, paling bawah dan paling sempit (gerak
deduktif). Penggolongan bergerak dari realitas (barang, kejadian, fakta, gerak,
dan perilaku) yang beraneka ragam ke arah keseluruhan seca sistematis (gerak
induktif).[14]
Adapun cara yang dipilih
erat hubungannya dengan suatu tujuan yang akan dicapai. Misalnya buku-buku di
perpustakaan digolongkan menurut ukuran-ukuranya, bahasannya, nama
pengarangnya, judulnya dan sebagainya.[15]
Yang lazim dipakai sekarang ialah sistem minimal 3
macam katalog sebagai berikut:
a. Katalog judul;
b. Katalog pengarang;
c. Katalog subyek (disiplin
ilmiah).
Dengan persyaratan
penggolongan atau sistem katalog ini bertujuan untuk mempermudah para pembaca
dalam memilih buku yang akan dibaca. Untuk mencapai sasaran dari
klasifikasi/penggolongan itu seyogyanya memenuhi 4 syarat sebagai berikut:
·
Penggolongan
harus benar-benar memisahkan
·
Penggolongan
harus sesuai dengan dasar yang sama
·
Penggolongan
harus konsisten dengan tujuan yang akan dicapai.
Dalam
hubungan klasifikasi (penggolongan ) ini terdapat beberapa kesulitan sebagai berikut:
1. apa yang benar
untuk sebagian, belum tentu benar untuk
2. Adanya
kesulitan dalam menentukan batas-batas penggolongan
3. Kecenderungan
manusia untuk menggolongkan orang/barang itu atas dichonomi saja.
Penggolongan seperti ini tidak lengkap,
karena di antara dua kutub penilaian itu masih
terdapat bentuk-bentuk peralihan. Kesalahan-kesalahan seperti ini banyak
disalahgunakan oleh para ahli propaganda, yang hanya memakai dichtonomi
tersebut, tanpa mengenal adanya nuansa-nuansa masalah dan liku-likunya masalah
(misalnya: slogan-slogan: revolusioner –kontrarevolusioner; kapitalis sosialis;
dogmatis konservatif dogmatis utopik. Juga radikalisme alternatif yang ditunjuk
oleh Hans Albert, seorang penganut Rasionalisme Kritis Karl Popper dan
sebagainya).[16]
Jadi dengan kemiripan dasar yang dimiliki
oleh individu barang-barang itulah penggolongan dilaksanakan. Pengetahuan kita
tidak lain adalah penggolongan barang-barang atas golongan tertentu. Jika
indera kita menangkap suatu obyek, yang mula-mula kita lakukan adalah berusaha
menemukan jenisnya (generanya), kemudian membandingkan dengan barang lain yang
tercakup dalam jenis itu. Jika kita tidak dapat menemukan ke dalam jenis yang
sudah kita kenal, maka kita dalam keadaan bimbang, artinya kita tidak bisa
memberikan identifikasi barang tersebut.[17]
Ada dua macam penggolongan:
1. Penggolongan kodrati atau alam
(penggolongan natural). Penggolongan alam adalah penggolongan yang disusun atas
kecerdasan kita, seperti penggolongan melalui mawar, kenanga dan pacar sore ke
dalam golongan ‘bunga’.
2. Penggolongan buatan (penggolongan
artifisial). Penggolongan buatan adalah penggolongan yang didasarkan atas satu
sifat. Dikatakan ‘buatan’ karena penggolongan itu dimaksudkan untuk mengabdi
tujuan tertentu. Contoh dari penggolongan ini misalnya penyusunan kata dalam
kamus, penyusunan buku dalam perpustakaan, pengelompokkan barang-barang di
toko. Penggolongan ini bertujuan untuk mendapatkan kemudahan sejauh mungkin.
Penggolongan, baik penggolongan alam maupun
penggolongan buatan dinamakan juga klasifikasi dalam arti sempit.[18]
IV.
KESIMPULAN
Klasifikasi adalah pengelompokan barang yang
sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesianya. Dalam kehidupan
sehari-hari pekerjaan mengelompokkan semacam itu sangat sering kita lakukan.
Manusia primitif mengelompokkan binatang menjadi binatang berbisa dan tidak
berbisa, membedakan antara tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang bisa dimakan
dan tidk bisa dimakan. Seperti diketahui di atas bahwa pembagian logis
didasarkan atas prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tertentu itu disebut
hukum-hukum pembagian, yaitu aturan-aturan yang menjadi petunjuk dalam
mengadakan pembagian, agar tidak terjadi kesalahan. Terdapat pula dua macam
penggolongan yaitu: Penggolongan kodrati atau alam (penggolongan natural) dan Penggolongan buatan (penggolongan artifisial). Penggolongan,
baik penggolongan alam maupun penggolongan buatan dinamakan juga klasifikasi
dalam arti sempit.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang
dapat kami sajikan, semoga dapat menambah ilmu serta bermanfaat bagi kita
semua. Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, kami hanyalah manusia
biasa yang mamiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharpkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,Wadjiz.
Logika I & II. Yogyakarta:
Yayasan Al-Djami’ah.1969
Beardsley,
Monroe. Thinking Straight. New
Jersey: Prentice Hall, Inc,. 1965
Dhofir.
Pengantar Logika. Jakarta : Bina
Aksara.1982
Mundiri. LOGIKA. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada: 2000
Salam,
Burhanuddin. LOGIKA FORMAL (Filsafat
Berfikir). Jakarta: Bina Aksara. 1988
Syidni,
Muhammad Fatkhis. Ususul-Mantiqi wa
Manhajul-Ilmi. Bairut: Darun Nahdatil’Arabiyyah: 1970
[2] Ibid hlm:50
[3] Drs. Mundiri. LOGIKA. Hlm.37
[4] Muhammad
Fatkhis Syinity. Ususul-Mantiqi wa
Manhajul-‘Ilmi. Hlm.67
[5] Dhofir. Pengantar Logika. Hlm: 20
[6] Drs.
Mundiri. Op.cit., hlm. 38
[7] Dhofir.
Op.cit., hlm. 20-21
[8] Muhammad
Fatkhis Syinity. Op.cit., hlm. 69
[9] Wadjiz
Anwar. Logika I & II. Hlm. 46
[10] Drs.
Mundiri. Op.cit., hlm. 38-40
[11] Dhofir.
Op.cit., hlm. 22
[12] Ibid.
Hlm.22-23
[13] Drs.
Mundiri. Op.cit., hlm.41
[15] Drs.
Burhanuddin Salam. Op.cit., hlm. 50
[16] Ibid.
Hlm. 51-52
[17] Monroe
C. Beardsley. Thinking Straight. Hlm. 57
[18] Drs.
Mundiri. Op.cit., hlm. 41-42
izin share :D
BalasHapus