I.
PENDAHULUAN
Salah
satu hal yang mendasari terjadi hubungan sosial adalah seberapa jauh seseorang
tertarik dengan orang lain. Apabila ada daya tarik di antara mereka, maka
kemungkinan terjadinya hubungan lebih besar. Kenyataan seperti ini bisa dilihat
ditempat-tempat umum. Karena tidak ada perhatian dan ketertarikan dengan wanita
yang duduk disalah satu bangku, seorang pria tidak akan menjalin hubungan
sosial dengan wanita tersebut. Sebaliknya, meskipun kondisi yang ada sebenarnya
sulit untuk mengadakan kontak sosial, tetapi karena seseorang tertarik sangat
kuat pada orang lain, maka akan diusahakan oleh oarang pertama tersebut untuk
menjalin hubungan.
Dalam
kehidupan manusia di dunia tentunya setiap individu tidak akan pernah terlepas
dengan orang lain atau berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya. Sejalan dengan
interaksi manusia dalam kehidupannya kerap kali muncul suatu hubungan di antara
individu, hubungan itu berawal dari sebuah interaksi antar individu yang
semakin lama sehingga menimbulkan sebuah perasaan ketertarikan antar individu,
berawal dari ketertarikan itu manusia akan menjalani hubungan yang jauh yang
berupa persahabatan, setelah masa persahabatan berjalan baik dalam waktu yang
lama atau pendek terkadang akan menimbulkan perasaan yang lebih mendalam di
antara individu, perasaan itulah yang di sebut dengan intimasi.[1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Pengertian
Intimasi (Ketertarikan)
B. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Ketertarikan
C. Teori-teori
Tentang Terjadinya Ketertarikan
D. Dinamika
Ketertarikan
E. Efek
Daya Tarik
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intimasi (Ketertarikan)
Pengertian
daya tarik sering terlalu sempit, terbatas pada daya tarik fisik. Padahal daya
tarik fisik hanya merupakan salah satu bagian daya tarik. Namun ada baiknya
bila hal ini dijadikan contoh untuk mengembangkan pemahaman tentang daya tarik.
Seseorang
yang menarik wajahnya biasanya akan diberi penilaian yang baik. Orang yang
memberi penilaian baik ini berarti mempunyai sikap yang positif. Oleh karena
itu ketertarikan didefinisikan sebagai sikap positif terhadap orang lain.[2]
Jadi,
ketertarikan adalah sebuah fenomena yang alami oleh setiap orang di dalam
kehidupannya, terkadang ketertarikan itu berawal dari sebuah proses interaksi
antara satu individu dengan individu lainya.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan
Beberapa
asumsi tentang faktor ketertarikan:
·
Ketertarikan itu
adalah berawal dari sesuatau yang nampak (appearance) yang berupa fisik dari
lawan kita.
·
Kesamaan di
dalam sikap menjadi dasar untuk saling tertarik.
·
Kedekatan (proximity),
kedekatan antar personal dalam menjalani sebuah hubungan tentunya akan membuat
seseorang merasa tertarik dengan lawan kita, karena dalam menjalin sebuah
hubungan itu tentunya kita akan mengetahui apa yang ada dalam diri lawan kita,
sesuatu yang ada dalam diri orang lain terkadang membuat kita merasa cocok
dengannya sehingga terjalinlah ketertarikan itu.
·
Hubungan yang
menghasilkan keuntungan bagi kita tentunya akan membuat kita betah berlama lama
menjalin hubungan itu, tentunya hubungan itu timbul karena ketertarikan kita
akan keuntungan yang kita dapatkan dari hubungan itu.
·
Kesamaan dan
pelengkap adalah sesuatu yang akan menjadi kodrat manusia dalam dunia ini,
manusia akan selalu membutuhkan pelengkap dalam hidupnya seperti halnya tentang
pendamping hidup yang bisa di katakan sebagai pelengkap dalam hidupnya, namun
tak terlepasa dari itu factor persamaaan baik itu agama, ataupun tujuan hidup
adalah menjadi dua bagian yang tak terpisahkan dari pelengkap itu sebagai salah
satu faktor ketertarikan.[3]
Secara
garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan ada empat yaitu:
karakteristik aktor, faktor penerima, variabel-variabel interpersonal, dan
faktor kondisi yang ada atau yang menyertai.
Ø Karakteristik Aktor
Yang
dimaksud dengan aktor disini adalah: orang yang menjadi objek penilaian.
Beberapa karakteristik yang biasanya menimbulkan penilaian positif bagi pihak
lain, misalnya:
- Daya
tarik fisik: bentuk-bentuk tubuh yang seksi, atletis atau wajah yang cantik dan
tampan sudah barang tentu pada umumnya menimbulkan kesan yang positif bagi
orang yang menilai. Sebaliknya, tampang yang seram bahkan ada yang mengatakan
tampang kriminal bisa menimbulkan kebencian pada orang lain.
- Kompetensi:
kompetensi seperti kecerdasan, kemampuan, skil yang tinggi, prestasi dan
seterusnya merupakan kualitas tersendiri yang tidak semua orang memilikinya
dalam tahap yang memuaskan. Kondisi-kondisi seperti ini cenderung untuk
dikejar. Berhubungan dengan orang-orang yang mempunyai kemampuan tertentu
memberikan kepuasan tersendiri.
- Karakteristik
menyenangkan: apabila orang yang cantik atau tampan dinilai menyenangkan, maka
orang yang menyenangkan juga memiliki daya tarik tersendiri, be nice or do
something nice.
Ø Faktor Penilai
Setiap
individu memiliki kriteria tertentu, terutama yang bersifat subyektif, dalam
memberi penilaian pada orang lain. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya,
maupun yang bersifat pribadi ikut berpengaruh dalam menilai. Dalam kaitan ini
pembahasan akan lebih menitikberatkan pada faktor yang ada dalam diri penilai
itu sendiri.
Ø Variabel-variabel Interpersonal
Beberapa
variabel interpersonal yang mempengaruhi ketertarikan antara lain:
- Kesamaan:
penelitian-penelitian terakhir mensinyalir bahwa banyak pasangan suami istri
yang mempunyai kemiripan wajah.
- Komplemen:
ada sebagian orang yang mencari pasangan yang berbeda dengan dirinya agar
saling melengkapi dalam kehidupan mereka kelak.
- Sama-sama
suka: orang akan menyukai atau tertarik pada yang lain bila ada hubungan timbal
balik.[4]
Ø Faktor Situasi
Situasi
yang dimaksud disini adalah situasi sesaat atau temporer, bisa juga situasi
yang berlangsung lama. Sebagai contoh, otak tidak mungkin memikirkan sekaligus
dua hal yang secara bersamaan. Dua hal bisa dikerjakan secara hampir bersamaan
dengan selisih waktu yang hampir relatif singkat, tetapi untuk berlangsung
secara serempak adalah sulit.[5]
C. Teori-teori Tentang Terjadinya Ketertarikan
Rebecca
F. Guy and Charles K. Edgley dalam buku itu mereka mencoba mengembangkan
beberapa teori yang akan menerangkan tentang terjadinya ketertarikan. Di dalam
teori ini di kemukakan adanya tiga teori yang berbeda orientasinya. Tiga teori
ini adalah cognitive, reinforcemen dan interctionist.
1. Teori
cognitive
Teori
cognitive menekankan proses berfikir sebagai dasar yang menentukan tingkah
laku. Tingkah laku sosial di pandang sebagai suatu hasil atau akibat dari
proses akal.
Dengan
kata lain ketertarikan kepada orang lain mungkin secara sederhana apakah anda
dan dia setuju untuk suka atau tidak suka. Sebalikanya, hubungan yang paling
tidak memuaskan kata Newcomb adalah kurangnyaa keseimbangan antara persetujuan
dan tidak. Bila ketidak keseimbangan terjadi, seseorang akan berusaha menuju
kondisi seimbang dengan mencoba merubah keyakinkan orang lain untuk berubah
atau keseimbangan dapat di peroleh dengan berubahnya akal pikiran seseoarang.
Akhirnya situasi tidak seimbang itu dapat terpecahkan secara sederhana.
2. Teori
Reinforcemen (penguatan)
Peguatan
atau stimulus/respon adalah teori yang berakar pada teori belajar yang
menginterpretasikan ketertarikan sebagai satu respon yang di pelajari. Teori
reinforcement berusaha menemukan bagaimana ketertarikan datang untuk pertama
kalinya. Dasar teori ini cukup sederhana. Orang ditarik oleh hadiah dan di
tolak oleh hukuman. Kita semua lebih suka menjadi tertarik kepada orang-orang
yang menghadiahi atau menghargai kita dari pada orang yang menghukum dengan
kritikan atau hinaan.
3. Teori
Interactoinist
Teori
interactionist lebih menitik beratkan pada ketertarikan antar pribadi sebagai
suatu konsep. Contohnya, suatu hubungan berbeda dari waktu ke waktu, di ketahui
bahwa seorang suami tertarik kepada istrinya mula-mula karena sifat penurutnya,
akhirnya di ketahui bahwa sifat ini tidak cukup menopang perkawinanya, suami
ini mungkin menemukan ciari ciri lainnya yang ada pada istrinya yang menjadikan
ia terus menerus tertarik.[6]
D. Dinamika Ketertarikan
Ada
tahap-tahap tertentu untuk menjadi tertarik dan menjalin hubungan interpersonal
antara dua orang. Ada tiga konsep yang bisa menerangkan proses ketertarikan.
Pertama, konsep reward/reinforcement, kemudian pertukaran sosial (social
exchange) dan akhirnya konsep tentang equity. Hadiah dan Pengukuh (Reward
and Reinforcement).
Dalam
proses ketertarikan, stimulasi yang menyenangkan itu bisa berupa wajah yang
catik, tampan, senyuman atau yang lain. Karena stimulasi ini mendorong
seseorang untuk bisa mengalami lagi, berarti pula mendorong orang yang
bersangkutan berusaha sesuatu agar, misalnya, mendekati atau menyapa. Kesan
awal ini sangat besar artinya untuk tindakan lebih lanjut. Sebaliknya, individu
yang tidak terkesan oleh adanya orang lain, maka reaksi lanjutan tidak besar,
tidak ada, atau negatif kemunculannya.
v Pertukaran
sosial: ketika ada stimulasi yang menyenangkan terebut akan muncul reaksi yang
kemungkinan besar juga menyenagkan.
v Ekuitas:
apabila tidak terjadi pertukaran, maka proses ketertarikan akan terhenti atau
terhambat sampai tahap reward.[7]
E. Efek Daya Tarik
Daya
tarik yang ada pada seseorang berdampak baik terhadap kepribadian maupun
terhadap perilaku sosialnya. Contoh ekstrim adalah pada artis yang sangat
populer. Akibat dari popularitasnya itu, beberapa artis sulit menjalani
kehidupan secara wajar. Mereka sering justru merasa tersiksa karena
popularitasnya, kemana ia pergi, penggemar selalu mengikuti. Kondisi yang
demikian menyebabkan kepribadiannya di satu sisi kurang berkembang sewajarnya,
di sisi lain bisa menumbuhkan kepercayaan diri yang lebih kuat.
Dalam
kehidupan sehari-hari, efek daya tarik bagi pria dan bagi wanita sering tidak
sama, meskipun pada keduanya daya tarik itu sendiri dipengaruhi oleh bagaimana
mereka berhubungan sosial. Dari beberapa penelitian yang ada disimpulkan adanya
beberapa ciri yang ada pada orang yang memiliki daya tarik dan yang kurang
menarik, baik pria maupun wanita seperti dibawah ini:
Pria
yang menarik:
-
Menghabiskan
lebih banyak waktu untuk berhubungan dengan wanita
-
Merasa memiliki
kualitas hubungan sosial yang lebih baik
-
Lebih asertif
dan lebih rendah perasaan takut ditolak dalam hubungan sosial
Wanita
yang menarik:
-
Menghabiskan
waktu yang sama baik dalam berhubungan dengan pria maupun dengan wanita
-
Merasa memiliki
kualitas hubungan sosial yang lebih baik
-
Kurang
mempercayai pria
-
Kurang asertif
Pria
yang kurang menarik:
-
Waktu yang
dipergunakan untuk berhubungan sosial dengan wanita lebih singkat
-
Merasa memiliki
kualitas hubungan sosial yang rendah
-
Kurang asertif
dan takut ditolak oleh wanita
Wanita
yang kurang menarik:
-
Mempercayai
waktu yang seimbang untuk bergaul dengan pria maupun dengan sesama jenis
-
Merasa memiliki
kualitas hubungan sosial yang lebih rendah
-
Lebih
mempercayai pria.[8]
IV.
KESIMPULAN
Ketertarikan
adalah sebuah fenomena yang alami oleh setiap orang di dalam kehidupannya,
terkadang ketertarikan itu berawal dari sebuah proses interaksi antara satu individu
dengan individu lainya.
Secara
garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan ada empat yaitu:
karakteristik aktor, faktor penerima, variabel-variabel interpersonal, dan
faktor kondisi yang ada atau yang menyertai.
Ada
tahap-tahap tertentu untuk menjadi tertarik dan menjalin hubungan interpersonal
antara dua orang. Ada tiga konsep yang bisa menerangkan proses ketertarikan.
Pertama, konsep reward/reinforcement, kemudian pertukaran sosial
(social exchange) dan akhirnya konsep tentang equity. Hadiah dan
Pengukuh (Reward and Reinforcement).
Dapatlah
dikatakan bahwa ketertarikan itu adalah sesuatu yang lumrah yang pasti akan di
alami oleh setiap individu terhadap individu lainya, dari ketertarikan itu ada
faktor yang mendorong orang itu untuk tertarik yaitu diantaranya sesuatu yang
nampak, kedekatan, kesamaan dan keuntungan yang di dapat dari ketertarikan itu.
Serta
dalam kehidupan sehari-hari, efek daya tarik bagi pria dan bagi wanita sering
tidak sama, meskipun pada keduanya daya tarik itu sendiri dipengaruhi oleh
bagaimana mereka berhubungan sosial.
[1] Abu Ahmadi. Psikologi Sosial.
Hlm: 48
[2] Dr. Faturochman. Pengantar
Psikologi Sosial. Hlm: 59
[3]
file:///D:/imtimacy%20psokologi%20sosial.htm
[4] Op., cit. Pengantar Psikologi
Sosial. Hlm: 59-65
[5] Ibid. Hlm: 67
[6] Http://Infinite.Inficio.Info
[7] Op., cit. Pengantar Psikologi
Sosial. Hlm: 68-69
[8] Ibid. Hlm: 70-72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar