Selamat Datang di Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Blog ini merupakan hasil matakuliah Teknologi Komunikasi dan Informasi, namun tidak menutup kemungkinan Blog ini akan terus berkembang untuk kemajuan Dakwah Islam. Terima kasih atas kunjungannya dan selamat menikmati bacaan yang ada. Semoga Bermanfaat. Amin

Selasa, 26 Juni 2012

Manajemen Lembaga Pendidikan


MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN
I.     PENDAHULUAN
Manajemen sebagai suatu proses, fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Pembangunan Nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan manusia yang maju, stabil dan makmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik yang berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasonal.
Dari rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional jelaslah betapa besar tanggung jawab pendidikan nasional. Melalui pendidikan nasional diharapkan dapat ditingkatkan kemampuan, mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Untuk itu, pendidikan nasional diharapkan menghasilkan manusia terdidik yang utuh baik keimanan, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan rasa tanggungjawabnya.
Untuk memperoleh fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas maka lembaga pendidikan perlu di menej (dikelola) secara efektif dan efisien. Menajemen pendidikan adalah kemampuan/keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka  pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain. Stoner mengemukakan bahwa manajemen sebagai seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Siagian, mengemukakan bahwa manajemen pada hakikatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan.
Melaksanakan berbagai untuk menekuni tujuan pendidikan merupakan proses kerjasama antara dua orang atau lebiih. Proses kerjasama antara hdua orang atau lebih untuk memberdayakan berbagai komponen dalam sistem pendidikan nasional adalah kajian manajemen (pengelolaan) dan kriteria keberhasilan pendidikan.[2]


II.  RUMUSAN MASALAH
A.  Pengertian Manajemen Pendidikan
B.  Ciri-ciri Pendidikan Indonesia
C.  Pendekatan Manajemen Pendidikan
D.  Relevansi Pendidikan
E.   Administrasi Anggaran/Biaya Pendidikan
F.   Dana Pendidikan dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah
G.  Pesantren Sebagai Basis Manajemen Madrasah
III.             PEMBAHASAN
A.  Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen adalah seni untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain (Stoner, 1995:7). Mengemukakan bahwa proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian upaya anggita organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Manajemen merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya yang kegiatannya banyak terdapat pada organisasi perusahaan, bisnis kesehatan dan pendidikan.
Formen dan Ryan (dalam Sutisna, 1983:3) berpendapat bahwa antara administrasi dan manajemen tidak memiliki perbedaan yang berarti, sehingga istilah tersebut dapat saja disejajarkan penggunaannya.
Manajemen pendidikan sabagai seluruh proses kegiatan bersama dan dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada, baik personal, meterial, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan. Manajemen dalam lingkungan pendidikan adalah mendayagunakan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.
Fungsi dan ruang lingkup manajemen pendidikan diuraikan menjadi: perencana, pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan berkaitan dengan rumusan kebijakan awal sebagai pedoman dalam pelaksanaan, pelaksanaan memerlukan pengawasan, karena pengawasan atau penilaian untuk mengetahui kekurangan atau kesenjangan termasuk kemajuan yang telah dicapai. Keberhasilan pengelola pendidikan memerlukan beberpa dukungan, terutama dukungan M = SDM yang terdiri dari guru, murid, atasan dan orang tua. Perlunya memiliki proses = sumber belajar (SB) yang berintikan kurikulum, serta adanya F = WFD (waktu, fasilitas dan dana) yang dibutuhkan. Kesemuanya itu mendukung upaya mengoptimalkan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, manajemen pendidikan berperan untuk memberdayakan berbagai komponen sistem pendidikan, dengan memeberdaykan komponen-komponen sistem pendidikan tersebut, agar keberhasilah pendidikan tercapai dalam arti: prestasi, suasana dan ekonomi.[3]
B.  Ciri-ciri Pendidikan Indonesia
Cara melaksanakan pendidikan Indonesia sudah tentu tidak tidak bisa terlepas dari tujuan tujuan pendidikan di Indonesia.[4]
Tujuan pendidikan bangsa Indonesia yang tertera dalam TAP MPR II tahun 1983 ialah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan kertampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air.ar dapat mengembangkan dan menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (UUD 45, 1984,h. 137). Tujuan pendidikan ini sudah mencakup seluruh aspek individu yang perlu dikembangkan dan ditumbuhkan. Mulai dari spiritual, kepribadian, pikiran, kemauan, perasaan, ketrampilan, sosial, sampai dengan jasmani dan kesehatan perlu dilayani untuk dikembangkan dan ditumbuhkan.[5]
Pembentukan manusia pembangunan sejalan dengan peningkatan kualitas hidup individu. Keduanya saling menunjang. Manusia pembangunan sanggup membangun bangsa, negara dan lingkungannya yang memungkinkan peningkatan kualitas hidup secara lebih cepat. Dan kualitas hidup yang memadai akan mempercepat jalannya pembangunan bangsa. Pembangunan Indonesia memang kompleks. Dua di antaranya ialah membangun manusia Indonesia itu sendiri.
Ciri lain perlu diperhatikan dalam pendidikan Indonesia ialah pembentukan cara hidup serba teknologi dalam kebudayaan Indonesia. Hal ini penting sebab kemajuan teknologi di dunia sangat cepat. Bila pendidikan tidak menyiapkan sikap positif terhadap teknologi, dikhawatirkan Indonesia akan tertinggal dalam bidang itu. Agar tidak terjadi hal seperti itu sejak awal para siswa/mahasiswa perlu memahami teknologi, mengerti manfaatnya dalam kehiduoan, dan bila mereka berbakat perlu dibina untuk menjadi kader-kader teknologi yang pantang menyerah.
Tetapi perlu dijaga bahwa kepuasan akan teknologi tidak sampai mengurbankan kebudayaan bangsa yang bersumber dari filsafat Pancasila. Teknologi yang diterapkan di Indonesia harus menunjang dan memajukan kehidupan yang berdasarkan sila Pancasila.
Itulah ciri-ciri utama pendidikan Indonesia. Sebab salah satu prinsip pendidikan adalah mendidik melalui pribadinya, yaitu menjadi contoh dalam perilaku. Prinsipini sangat penting lebih-lebih dalam membina para siswa atau mahasiswa untuk menjadi individu-individu Pancasila dan individu-individu yang memiliki kualitas hidup yang memadai. Para personalia pendidikan dituntut melalui pribadi-pribadi Pancasialis bila ingin misi pendidikannya berhasil.
Membuat para personalia pendidikan berpribadi yang memadai separti diuraikan di atas adalah merupakan salah satu tugas manajer pendidikan.[6]
C.  Pendekatan Manajemen Pendidikan
Soejipto dan Raflis Kosasih (1994: 113:118) mengemukakan bervagai tinjauan manajemen pendidikan sebagai berikut :
Ø Manajemen pendidikan mempunyai pendekatan kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Diperlukan kejasama diantara personil sekolah seperti guru, pegawai tata usaha, kepala sekolah, persatuan orang tua murid, dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik.
Ø Manajemen pendidikan mengandung pendekatan proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses manajemen pendidikan ini terdiri dari: perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, pemantauan, penilaian dalam system oendidikan.
Ø Manajemen pendidikan menggunakan suatu pendekatan system untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendekatan system terdiri dari: kapasitas dasar (IQ). Bakat khusus, motivasi (N-Ach), minat, kematangan/kesiapan, dan sikap atau kebiasaan. Instrumental input (sarana) yang terdiri dari: guru, metoda/teknik/media, bahan/sumber, program/tugas. Environmental input terdiri dari: lingkungan fisik, lingkungan social,dan lingkungan cultural. Output adalah berhasil belajar yang diharapkan dalam bentuk prilaku kognitif, perilaku efektif, dan prilaku psokomotor.
Ø Manajemen pendidikan menggunakan pendekatan proses pengambilan keputusan. Untuk melakukan kerja sama dan pemimpin suatu kegiatan dalam sekelompok orang memerlukan untuk memecahkan masalah. Guna memecahkan masalah diperlukan kemampuan untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan pilihan alternative yang terbaik yang telah ditetapkan.
Ø Manajemen pendidikan menggunakan pendekatan komunikasi . proses komunikasi adalah penting untuk menyampaikan pesan dari guru kepada pesarta didik. Komunikasi dalam berbagai komponen pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Disamping pendekatan tersebut di atas, maka pendekatan yang lain dalam manajemen pendidikan adalah sebagai berikut:
-       Pendekatanmanajemen klasik
-       Pendekatan prilaku manusia
-       Pendekatan system
-       Pendekatan kontijensi
-       Pendekatan perspektif terpadu.[7]
D.  Relevansi Pendidikan
Prinsip relevansi merupakan prinsip umum yang digunakan Indoneia disamping prinsip efisiensi dan efektifitas, kontiunitas, fleksibilitas program, serta pendidikan seumur hidup (Iskandar, 1988: 135-139). Secara khusus prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
-       Prinsip berorientasi pada tujuan, dengan menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai peserta didik dalam mempelajari pelajaran
-       Prinsip efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan dana, daya, dan waktu dalam mencapai tujusn pendidikan
-       Prinsip fleksibilitas program, dalam pelaksanaan, suatu program hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor ekosisten dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang
-       Prinsip kontiunitas, dengan menyiapkan peserta didik agar mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
-       Prinsip pendidikan seumur hidup, yang memandang bahwa pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi harus dilanjutkan dalam keluarga dan masyarakat
-       Prinsip relevansi, suatu pendidikan akan bermakna apabila kurikulum yang dipergunakan relevan (terkait) dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.[8]
Dalam rangka meningkatkan relefansi antara pendidikan, pembangunan dan kebutuhan masyarakat pemerintah mengeluarkan kebijakan link and match. Melalui kebijakan ini, diperkuat keterkaitan antara pendidikan dan industri serta dunia usaha dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, serta sertifikasi pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan ekonomi. Kebijaksanaan ini bertujuan untuk menciptakan keadaan agar keluaran pendidikan sepadan dengan kebutuhan berbagai sektor pembangunan akan tenaga ahli dan termpil sesuai dengan jumlah, mutu, dan sebarannya.[9]
E.  Administrasi Anggaran/Biaya Pendidikan
Administrasi biaya pendidikan ialah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara sengaja dan sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional sekolah/pendidikan, sehingga kegiatan operasional pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara garis besar kegiatannya meliputi pengumpulan/penerimaan dana yang sah (Dana rutin, SPP, Sumbangan BP3, Donasi, dan usaha-usaha halal lainnya), penggunaan dana, dan pertanggung jawaban dana kepada pihak-pihak terkait yang berwenang.
Terhadap setiap penggunaan biaya/uang harus dilakukan pembukuan (accounting) yang tertib sesuai peraturan yang berlaku, seperti penggunaan Buku Kas Tabelaris, Buku penerimaan SPP, Buku bantu dan sebagainya. Mengingat kegiatan tata keuangan yang sangat peka, maka kegiatan pemeriksaan (auditing) yang rutin yang harus dilakukan oleh kepala sekolah demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan yang dapat mengganggu proses operasional pendidikan di sekolah. Segala petunjuk dan pedoman pengelolaan anggaran serta keuangan sekolah telah banyak diberikan kepada para bendaharawan dan juru bayar, untuk memperkecil sampai meniadakan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi.
Ada kegiatan unik disekolah bila bendaharawan bertanggung jawab pada lemari besi (Belanda : Brandkast), tatkala terjadi pemeriksaan oleh petugas akuntan yang biasanya datang secara mendadak dan langsung duduk didepan peti/almari besi dan mempersilahkan bendaharawan untuk mempertanggung jawabkan semua uang yang dikelolanya secara tertib dan cocok termasuk semua benda berharga, dengan pembukuan dalam Buku Kas Tabelaris (termasuk buku-buku bantu lainnya). Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
1.      Beberapa kelengkapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan tata usaha keuangan sekolah.
2.      Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan Dana Penunjang Pendidikan (DPP).
3.      Pemeriksaan kas oleh atasan langsung.[10]
F.   Dana Pendidikan dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah
Dana pendidikan merupakan isu yang paling kontroversial dalam ekonomi pendidikan karena terdapat karena terdapat ketidaksepakatan tidak hanya apakah pemerintah sebagai satu-satunya yang berperan dalam pendidikan, tetapi juga mengenai seharusnya pemerintah hanyan memainkan sebagaian peranan dalam penyelenggaraan pendidikan.[11]
Fungsi dana dalam MBS pada dasarnya untuk menunjang penyediaan sarana dan prasarana, seperti tanah, bangunan, labolatorium,perpustakaan,media belajar, operasi pengajaran, pelayanan administratif dan sebagainya. Dana pendidikan sebenarnya tidak selalu identik dengan uang (red cost), tetapi segala sesuatu pengorbanan yang diberikan untuk setiap aktivitas dalam rangka mencapai tujuan penyelenggara pendidikan.
a.    Klasifikasi Dana Pendidikan
Pemikiran tentang dana pendidikan, paling tidak dapat difokuskan pada dana langsung, dana tak langsung ,sumber-sumber dana pendidikan, kriteria kesejahteraan sosial maksimum, kriteria keputusan dan beberapa masalah dalam analisis keuntungan biaya. Dalam kaitannya dengan dana pendidikan, Thomas (1985) mengungkapkan adanya dana langsung dan tidak langsung, serta dana masyarakat dan dana pribadi.
Ø Dana Langsung dan Tak Langsung
Dana langsung ialah dana yang langsung digunakan untuk operasional sekolah dan langsung dikeluarkan untuk kepentingan pelaksanaan proses belajar-mengajar, terdiri atas dana pembangunan dan dana rutin. Dana tak langsung ialah dana berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dana tak langsung juga menyangkut dan yang menunjang siswa untuk hadir di sekolah , yang meliputi biaya hidup, transportasi dan dana lainnya.
Ø Dana Masyarkat dan Dana Pribadi
Dana masyarakat ialah dana yang dikeluarkan masyarakat untuk kepentingan pendidikan, baik yang dikeluarkan secara langsung maupun tak langsung, berupa unag sekolah,uang buku , dan dana lainnya. Dana tidak langsung seperti pajak dan restribusi, didalam dana masyarakat termasuk dan pribadi , yaitu dana yang berasal dari rumah tangga termasuk kesempatan yang hilang. Dana pribadi ialah dana langsung yang dikeluarkan dalam bentuk unag sekolah, uang kuliah, pembelian buku, dan dana setiap siswa.[12]
G. Pesantren  Sebagai Basis Manajemen Madrasah
Sebagai lembaga pendidikan yang dilahirkan dari perut pesantren, madrasah memiliki kesamaan visi atau bahkan justru merupakan metamorphosis dari system pesantren. Selain itu madrasah juga mewariskan beberapa nilai budaya yang telah berkembang di pesantern, antara lain nilai kebersamaan, nilai kemandirian, dan nilai- nilai kejuangan. Dan yang lebih penting lagi, kurikulum pengajaran yang diajarkan di madrasah, di samping mengajarkan ilmu- ilmu pengetahuan umum, juga menekankan pada aspek pengetahuan agama seperti aqidah, akhlak, dan syari’ah melalui pengajaran kitab kuning.[13]
1.    Intregrasi Pesantren- Madrasah
Kalau kita melakukan penggalian lebih jauh karya- karya dalam Khazanah sastra Jawa Klasik, seperti serat cebolek, serat centini, darmogandul dan sebagainya, setidaknya sejak abad ke 16 M telah ada pesantren- pesantren yang masyhur yang menjadi pusat- pusat pendidikan islam. Pesantren- pesantren ini mengajarkan sebagai macam kitab klasik dalam bidang jurisprudensi, teologi dan tasawuf. Sampai disini dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam di Indonesia atau system madrasah berakar dari pesantren.[14]
2.    Pesantren sebagai Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Madrasah
Harus menjadi sebuah kesadaran kolektif bagi para pengelola madrasah bahwa keterbukaan dan hubungan timbale balik (reciprocal) antara pesantren atau madrasah dengan masyarakat secara bertahap dan kontinyu akan meningkatkan survevalitas (ketahanan hidup) bagi madrasah itu sendiri. Masyarakat akan menjadi puas dan tumbuh kepercayaan dan merasa memiliki yang semangkin besar. Selanjutnya, agar masyarakat merasa memiliki, maka mereka harus dilibatkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi demi kemajuan madrasah.
Pendidikan Kebudayaan dan Materi Dalam Negri saat itu tentang penyetaraan madrasah dengan sekolah umum memunculkan konsekuensi logis dengan berkurangnya proporsi pendidikan agam dari 60% (agama) dan 40% (umum) menjadi 30% agama dan 70% umu. Hal ini secara tidak sadar telah melemahkan eksistensi pendidikan islam di Indonesia. Meski penilaian seperti itu sifatnya simbolik. Tapi kenyataannya, itulah pandangan umum yang terjadi di masyarakat.  Akibatnya, setidaknya muncul permasalahan pun muncul.
ü Semakin berkurangnya muatan materi pendidikan agama. Hal ini dilihat sebagai sebuah upaya pendangkalan pemahaman keagamaan, karena muatan kurikulum agama sebelum keluarnya SKB dianggap belum mampu mencetak muslim sejati, apalagi dikurangi.
ü Lulusan madrasah dianggap serba tanggung (untuk tidak mengatakan setengah matang). Pengetahuan agamanya tidak mendalam sedangkan pengetahuan umumnya juga rendah. Pada perkembanganya, dualism system pengajaran tersebut juga meluas pada aspek keilmuannya. Pola pikir yang sempit cenderung membuka gap (kesenjangan) antara ilmu agama dan ilmu umum. Seolah- olah muncul ilmu islam dan bukan islam (kafir). Padahal sampai saat ini, pekerjaan rumah para pakar pendidikan untuk menyatuhkan dan menjadi perekat antara keduanya masih belum terselesaikan dengan baik.

Dengan menjadikan pesantren sebagai pusat pengembangan madrasah, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah menjadikan beberapa kelemahan system pendidikan pesantren seperti penulis sebut di atas tadi sebagai patokan untuk melakukan perbaikan. Baik dari sisi manajemen maupun kurikulumnya, yang disesuaikan dengan kebutuhan perubahan zaman dan kemajuan teknologi modern.[15]
IV.             KESIMPULAN
Manajemen merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya yang kegiatannya banyak terdapat pada organisasi perusahaan, bisnis kesehatan dan pendidikan.
Manajemen pendidikan sabagai seluruh proses kegiatan bersama dan dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada, baik personal, meterial, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan. Manajemen dalam lingkungan pendidikan adalah mendayagunakan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan bangsa Indonesia yang tertera dalam TAP MPR II tahun 1983 ialah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan kertampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air.ar dapat mengembangkan dan menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (UUD 45, 1984,h. 137).
Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
1.      Beberapa kelengkapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan tata usaha keuangan sekolah.
2.      Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan Dana Penunjang Pendidikan (DPP).
Sebagai lembaga pendidikan yang dilahirkan dari perut pesantren, madrasah memiliki kesamaan visi atau bahkan justru merupakan metamorphosis dari system pesantren. Selain itu madrasah juga mewariskan beberapa nilai budaya yang telah berkembang di pesantern, antara lain nilai kebersamaan, nilai kemandirian, dan nilai- nilai kejuangan. Dan yang lebih penting lagi, kurikulum pengajaran yang diajarkan di madrasah, di samping mengajarkan ilmu- ilmu pengetahuan umum, juga menekankan pada aspek pengetahuan agama seperti aqidah, akhlak, dan syari’ah melalui pengajaran kitab kuning.
Dengan menjadikan pesantren sebagai pusat pengembangan madrasah, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah menjadikan beberapa kelemahan system pendidikan pesantren seperti penulis sebut di atas tadi sebagai patokan untuk melakukan perbaikan.

V.   PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sajikan, semoga dapat menambah ilmu serta bermanfaat bagi kita semua. Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, kami hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah.


DAFTAR PUSTAKA

Dawam, Ainurrafiq. Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Sapen: Lista Fariska Putra. 2004
Gunawan, Ary. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 1996
Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1981
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2003
Pidarta, Made. Manajemaen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1981
Sufyarman. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2003


[1] Drs. M. Manullang. Dasar-Dasar Manajemen. Hlm: 15
[2] Dr. H. Sufyarman M,. M.Pd. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Hlm: 187-188
[3] Ibid. Hlm: 188-190
[4] Dr. Made Pidarta. Manajemen Pendidikan Indonesia. Hlm: 6
[5] Ibid. Hlm: 7
[6] Ibid. Hlm: 11-12
[7] Op.,cit. Dr. H. Sufyarman M,. M.Pd. Hlm: 196-197
[8] Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Manajemen Berbasis Sekolah. Hlm: 8-9 
[9] Ibid. Hlm: 10
[10] Drs. Ary H. Gunawan. Administrasi Sekolah. Hlm: 160-167
[11] Op.,cit. Dr. E. Mulyasa, M.Pd. hlm: 167
[12] Ibid. Hlm: 168-171
[13] Dr. Ainurrafiq Dawam, M.Ag. Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Hlm: 17
[14] Ibid. Hlm: 17-18
[15] Ibid. Hlm: 22-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar