Selamat Datang di Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Blog ini merupakan hasil matakuliah Teknologi Komunikasi dan Informasi, namun tidak menutup kemungkinan Blog ini akan terus berkembang untuk kemajuan Dakwah Islam. Terima kasih atas kunjungannya dan selamat menikmati bacaan yang ada. Semoga Bermanfaat. Amin

Sabtu, 23 Juni 2012

Konversi Agama


I.                   PENDAHULUAN
Konversi telah selalu menjadi sebuah topik yang mengemuka, jika tidak membakar emosi kemanusiaan kita. Lagi pula, misionaris mencoba untuk meyakinkan seseorang untuk mengubah keyakinan agamanya yang mana menyangkut masalah- masalah paling utama tentang kehidupan dan kematian, arti penting dari keberadaan kita. Dan misionaris biasanya merendahkan nilai dari keyakinan seseorang yang sekarang, yang mana bisa dalam bentuk komitmen pribadi yang kuat atau tradisi kebudayaan keluarga yang panjang, menyebutnya lebih rendah, salah, berdosa atau bahkan kekeliruan yang akut.
Pernyataan-pernyataan seperti itu sulit dianggap beradab atau berbudi bahasa dan sering menghina dan merendahkan. Misionaris tidaklah datang dengan sebuah pikiran terbuka untuk suatu diskusi yang tulus dan dialog yang memberi dan menerima, tetapi pikirannya telah berkesimpulan terlebih dahulu dan mencari jalan untuk memperdaya yang lain dengan pandangannya, sering bahkan sebelum ia sendiri tahu apa sebenarnya yang diyakini dan dilakukannya.
Sulit untuk membayangkan pertemuan antar manusia yang lebih penuh tekanan terbebas dari kekerasan fisik yang nyata. Kegiatan misionaris selalu memegang kekerasan psikologis yang terkandung didalamnya, bagaimanapun bijaksananya hal itu dilakukan. Ia diarahkan pada pengalihan pikiran dan hati dari orang-orang menjauh dari agama asli mereka kepada suatu agama yang secara umum tidak bersimpati dan bermusuhan dengannya.[1]


II.                RUMUSAN MASALAH
A.  Pengertian Konversi Agama
B.   Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
C.   Proses Konversi Agama

III.             PEMBAHASAN
A.  Perngertian Konversi Agama

            Pengertian konversi agama secara etimologi konversi berasal dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kosakata Inggris “conversion” yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion to another). Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat di simpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
Pengertian konversi agama menurut terminologi. Menurut pengertian ini akan di kemukakan beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama antara lain:
1.      Max Hairich mengatakan ahwa konversi agama adalah suatu tindakan di mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2.      William James mengatakan konversi agama adalah dengan kata-kata: “to be converted, to be regenerated, to recive grace, to experience religion, to gain an assurance, are so many phrases which denote to the process, gradual or sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities”.[2]
3.      Clark (dalam Daradjat, 1979), memberikan definisi konversi sebagai berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.[3]
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada. Selain itu konversi agama yang dimaksudkan uraian di atas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
·         Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
·         Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
·         Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama yang lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
·         Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itu pun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.[4]
Menurut Moqsith, jenis-jenis konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
2.      Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Menurut Abdalla, senada dengan apa yang telah di ungkapkan Moqsith, konversi internal terjadi dalam satu agama, dalam artian pola pikir dan pandang seseorang berubah, ada yang dihilangkan dan tidak menutup kemungkinan banyak yang ditambahkan (ibadah), tetapi konsep ketuhanan tetap sama. Sedangkan dalam konversi eksternal pindah keyakinan ke konsep yang benar-benar berbeda dengan konsep keyakinan sebelumnya. Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa pengertian konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku ke system kepercayaan yang lain.[5]
B.     Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
Berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan faktor yang menjadi pendorong konversi. William James dalam bukunya The Varieties of Religious Experience dan Max Heirich dalam bukunya Change of Heart banyak menguraikan faktor yang mendorong terjadinya konversi agama tersebut.
Dalam buku tersebut diuraikannya pendapat dari para ahli yang terlibat dalam disiplin ilmu masing-masing mengemukakan pendapat bahwa konversi agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.
1.      Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh super natural berperanan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
2.      Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor antara lain:
·         Pengaruh hubungan antara pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama (kesenian, ilmu pengetahuan, ataupun bidang keagamaan yang lain).
·         Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jka dilakukan secara rutin hingga terbiasa. Misal, menghadiri upacara keagamaan.
·         Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib, keluarga, famili dan sebagainya.
·         Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salah satu pendorong konversi agama.
·         Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi. Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
·         Pengaruh kekuasaan pemimpin. Yang dimaksud disini adalah pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum. Misal, kepala Negara, raja. Pengaruh-pengaruh tersebut secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengaruh yang mendorong secara pesuasif (secara halus) dan pengaruh yang bersifat koersif (memaksa).

3.      Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agam adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan ke kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang terang dan tentram.[6]
Dalam uraian William James yang berhasil meneliti pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama menyimpulkan sebagai berikut:
Ø  Konversi terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
Ø  Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
Kemudian James mengembangkan Faktor Penyebab konversi itu mengembangkan menjadi tipe Volitional (perubahan bertahap), konversi agama ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi yang demikian itu terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran. Kedua, tipe Self-Surrender (perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
Pada konversi agama tipe kedua ini James (dalam, Ramayulis, 2002) mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa sepenuh-penuhnya. Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut berdasarkan tinjauan psikologi tersebut yaitu dikarenakan beberapa faktor antara lain:
a.       Faktor Intern yang meliputi:
v  Kepribadian
v  Faktor pembawaan
b.      Faktor Ekstern yang meliputi:
v  Faktor keluarga
v  Lingkungan tempat tinggal
v  Perubahan status
v  Kemiskinan[7]
4.      Para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan argumentasi bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap konversi agama namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.[8]
MenurutProf.DR.Zakiah. Daradjat (1986)
Faktor-faktor terjadinya konversi agama  meliputi:
a.       Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan, orang-orang yang gelisah, di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema, itu mudah mengalami konversi agama.
b.      Pengaruh hubungan dengan tradisi agama, diantara faktor-faktor penting dalam riwayat konversi itu, adalah pengalaman-pengalaman yang mempengaruhinya sehingga terjadi konversi tersebut.
c.       Ajakan/seruan dan sugesti, banyak pula terbukti, bahwa diantara peristiwa konversi agama terjadi karena pengaruh sugesti dan bujukan dari luar.
d.      Faktor-faktor emosi, orang-orang yang emosionil (lebih sensitif atau banyak dikuasai oleh emosinya), mudah kena sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan.
e.       Kemauan, kemauan yang dimaksudkan adalah kemauan seseorang itu sendiri untuk memeluk kepercayaan yang lain Selain faktor-faktor diatas, Sudarno (2000) menambahkan empat factor pendukung, yaitu:
f.       Cinta, cinta merupakan anugrah yang harus dipelihara, tanpa cinta hidup tidak akan menjadi indah dan bahagia, cinta juga merupakan salah satu fungsi sebagai psikologi dan merupakan fitrah yang diberikan kepada manusia ataupun binatang yang banyak mempengaruhi hidupnya, seseorang dapat melakukan konversi agama karena dilandaskan perasaan cinta kepada pasangannya.
g.      Pernikahan, adalah salah suatu perwujudan dari perasaan saling mencintai dan menyayangi.
h.      Hidayah, bagaimanapun usaha orang untuk mempengaruhi seseorang untuk mengikuti keyakinannya, tanpa ada kehendak dari Allah SWT tidak akan bisa. Manusia diperintah oleh Allah SWT untuk berusaha, namun jangan sampai melawankehendak Allah SWT dengan segala pemaksaan.
i.        Kebenaran agama, menurut Djarnawi (Sudarno, 2000) agama yang benar adalah yang tepat memilih Tuhannya, tidak keliru pilih yang bukan Tuhan dianggap Tuhan. Kebenaran agama yang dimaksud tidak karena paksaan, bujukan dari orang lain, akan tetapi lewat kesadaran dan keinsyafan antara lain melalui dialog-dialog, ceramah, mempelajari literatur, buku-buku dan media lain.[9]
Menurut Wasyim secara garis besar membagi proses konversi agama menjadi tiga, yaitu:
1.      Masa Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif.
2.      Adanya rasa pasrah
3.      Pertumbuhan secara perkembangan yang logis, yakni tampak adanya
realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya.[10]
Penido (dalam Ramayulis, 2002), berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur:
1.      Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang di ambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seiring dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
2.      Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang berasal dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan. Sedangkan berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan factor yang manjadi pendorong konversi (Motivasi konversi). James dan Heirich (dalam Ramayulis, 2002), banyak menguraikan faktor yang mendorong terjadinya konversi agama tersebut menurut pendapat dari para ahli yang terlibat dalam berbagai disiplin ilmu, masing-masing mengemukakan pendapat bahwa konversi agama di sebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.[11]
C.     Proses Konversi Agama
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agam ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan lama dibongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain sama sekali dari bangunan sebelumnya.[12]
Sebagai hasil pemilihannya terhadap pandangan hidup itu maka bersedia dan mampu untuk membuktikan diri kepada tuntutan- tuntutan dari peraturan ada dalam pandangan hidup yang dipilihnya itu berupa ikut berpartisipasi secara penuh. Makin kuat keyakinannya terhadap kebenaran pandangan hidup itu akan semakin tinggi pula bakti yang di berikannya.
M.T.L. Penindo berpendapat bahwa konversi mengandung dua unsur yaitu: Unsur dari dalam diri (endogenos origin) dan Unsur dari luar (exogenous origin). Kedua unsur tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih penyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin kepada yang bersangkutan. Jadi di sini terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut dari batin. Jika pemilihan tersebut sudah serasi dengan kehendak batin maka akan terciptalah suatu ketenangan. Seiring dengan timbulnya ketenangan batin tersebut terjadilah semacam perubahan total dalam stuktur psikologis sehingga struktur lama terhapus dan digantikan dengan yang baru sehingga hasil pilihan yang dianggap baik dan benar. Sebagai pertimbangannya akan muncul motivasi baru untuk merealisasi kebenaran itu dalam bentuk tindakan atau perbuatan yang positif.[13]
Perubahan yang terjadi tetap melalui tahapan yang sama dalam bentuk kerangka proses secara umum, kerangka proses itu dikemukakan antara lain oleh:
a.    H. Carrier, membagi proses tersebut dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
·         Terjadi desintegrasi sintesis kognitif (kegoncangan jiwa) dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami.
·         Reintegrasi (penyatuan kembali) kepribadian berdasarkan konsepsi agama yang  .Dengan adanya reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur yang lama.
·         Tumbuh sikap menerima konsepsi (pendapat) agama yang baru serta peranan yang di tuntut oleh ajarannya.
·         Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.[14]
b.              Dr. Zakiah Daradjat memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu:
·       Masa tenang, disaat ini kondisi seseorang berada dalam keadaan yang tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi semacam sikap apriori terhadap agama. Keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada dalam keadaan tenang dan tentram.
·       Masa ketidaktenangan, tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin di karenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang di alami.Hal tersebut menimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan batin sehingga menyebabkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa, ragu, tegang dan bimbang.
·       Masa konversi, tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk ilahi.
·       Masa tenang dan tentram, masa tenang dan tentram yang kedua ini berbeda dengan tahap yang sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman pada tahap ketiga ini di timbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah di ambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru.
·       Masa ekspressi konversi, sebagai ungkapan dari sikap menerima, terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya, maka tindak tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.
Kasus-kasus ini semuanya mengandung latar belakang psikologis yang serba konfleks dengan ketenteraman batin berperan sebagai pendulum keseimbangan.[15]
IV.             KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan konversi agama ialah: perobahan pandangan seseorang atau sekelompok orang tentang agama yang dianutnya, atau perpindahan keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama yang lain.
Jenis konversi agama dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
2.      Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Faktor penyebab konversi agama pertama, faktor Intern, meliputi kepribadian, emosi, kemauan, konflik jiwa, kebenaran agama, hidayah. kedua, faktor ekstern, meliputi, factor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pengaruh hubungan dengan tradisi agama, cinta, pernikahan. Tahap Proses Konversi Agama meliputi: masa tenang, masa ketidaktenangan,  masa konversi,  masa tenang dan tentram, masa ekspressi konversi, petunjuk ilahi, secara umum, konversi agama mengandung dua unsur sebagaimana dikemukakan oleh M.T.L. Penido, yaitu: unsur dari dalam diri (endogenous origin) dan unsur dari luar (exogenous origin).
V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sajikan, semoga dapat menambah ilmu serta bermanfaat bagi kita semua. Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, kami hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003. Ed. Revisi, cet. 7
Jalaludin.  Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia1987.
Rakhmad, Jalaluddin. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Bandung: PT. Mizan
Pustaka. 2003
Sujanto, Agus. Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Aksara Baru. 1989
Zakiah Daradjat. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang 1970
setiyo purwanto http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama


[1]H. Jalaluddin Rakhmad. Psikologi Agama Suatu Pengantar. Hlm: 29

[2] Prof. Dr. H. Jalaluddin. Psikologi Agama. Hlm: 259-260
[3] Drs. Agus Sujanto. Psikologi Umum. Hlm: 324
[4] Dr. Jalaluddin. Psikologi Agama. Hlm: 246
[5] setiyo purwanto http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama

[6] Prof. Dr. H. Jalaluddin. Op., cit. Hlm: 260-262
[7] Drs. Jalaluddin. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Hlm: 250
[8] Dr. Jalaluddin. Op., cit. Hlm: 251
[9] Zakiah Daradjat,. Ilmu Jiwa Agama. Hlm: 57
[10] http://hbis.wordpress.com/2009/12/12/konversi-agama-psikologi-agama/
[11] http://aprillianpravitasari.blog.com/2011/07/04/konversi-agama-dalam-psikologi/

[12] Prof. Dr. H. Jalaluddin.op., cit. Hlm: 265
[13] Ibid. Hlm: 267
[14] Dr. Jalaluddin. Op., cit. hlm: 254
[15] Ibid. Hlm: 254-256

1 komentar: